Sastra

Cinta Membawa Asa Bagi Penikmatnya

 Cerpenis: Alhidayath Parinduri

“Cinta itu seperti angin

kau tidak bisa melihatnya

namun kau bisa merasakannya” Nicholas
Sparks

Namaku Andi Sandoro, usiaku 19 tahun.
Sesuai dengan usiaku saat ini aku sedang 
menempuh pendidikan di salah satu
perguruan tinggi negeri di Indonesia. Di masa depan aku 
memiliki impian untuk menjadi Presiden
Republik Indonesia dan membawa negara Indonesia 
menjadi negara adikuasa. Untuk
mewujudkan impian itu bukanlah semudah membalikkan 
telapak tangan. 


Apalagi di zaman
sekarang, remaja sepertiku dihadapkan dengan ujian 
percintaan, berpacaran, dan pergaulan
remaja lainnya. Oleh karena itu aku dituntut harus 
tetap fokus pada tujuan yang ingin
diwujudkan. Tetapi, bukan hidup namanya jika tidak 
pernah diuji. Aku mengalami perasaan
cinta yang mampu menggoyahkan pendirianku 
tentang hakikat cinta.


Saat itu aku duduk di kelas XI Sekolah Menengah Atas,
suatu ketika saat jam istirahat bersama teman 
aku bermain bola. Aku bermain sebagai
penjaga gawang, suatu ketika tim lawan menendang 
bola ke arah gawangku namun tidak
tepat sasaran dan bola mengarah ke sebuah kelas. 


Ketika ingin mengambil bola tersebut tidak
sengaja aku melihat seorang wanita keluar dari kelas 
tersebut untuk membuang sampah di
sengaja atau tidak dia menatap ku dengan senyuman. 
Kemudian ku lihat kelas itu dan
ternyata dia adik kelas ku karena papan yang tertera di depan 
kelas itu adalah kelas X. Namun,
karena saat itu sedang bermain aku tak menghiraukan dan 
segera kembali ke lapangan untuk
melanjutkan permainan. 


Bel masuk berbunyi kami bergegas masuk kelas untuk melanjutkan
pelajaran. Tibalah saatnya untuk kami pulang aku 
bersama teman-teman masih berkumpul
dan ngobrol sembari menunggu angkutan umum. 
Bak kata pepatah “pucuk dicinta ulan
pun tiba
” dari luar pagar sekolah ku melihat 
seorang wanita berjalan keluar dan
wanita itu adalah orang yang menatapku dengan 
senyuman ketika aku mengambil bola
tadi. 


Aku pun kembali teringat dengan peristiwa jam istirahat tadi tanpa sadar hal itu
membuat ku senyum-senyum sendiri sampai pada akhirnya 
angkutan umum datang dan teman-teman
menyadarkanku dari lamunan. Sesampai di rumah 
aku kembali mengingat kejadian
tersebut dan membuatku ingin mencari tahu siapa sosok 
wanita itu. Namun, karena prinsip dan
fokusku untuk masa depan akhirnya aku urungkan hal 
itu dan ku jalani hari-hari seperti
biasanya.


Hari berganti hari rasanya aku tidak
bisa menolak keinginan hati untuk mencari tahu 
sosok wanita itu. Ketika libur
semester tiba aku menikmatinya dengan bersantai sambil 
memainkan media sosial. Lagi dan lagi
entah mengapa momentum itu selalu datang tepat 
waktu ku lihat foto wanita itu di
media sosial, (sambil bergumam dalam hati) “kesempatan 
tidak datang dua kali, jadi jangan
lewatkan kesempatan itu
”. 


Langsung saja aku buka dan penglihatanku tidak salah itu adalah
media sosialnya. Dia bernama Putri. Setelah itu ku 
beranikan diri untuk sekedar mengirim
pesan singkat tanda perkenalan. Dia membalas 
pesanku dan terjadi balas membalas
pesan sampai pada akhirnya ku coba meminta id line-nya 
lalu dia memberikan.


Sejak saat itu aku dan dia mulai
akrab, sering chatting-an, dan saling tukar pendapa 
tentang kehidupan. Aku merasakan ada
suatu yang berbeda ketika melihatnya di sekolah 
maupun saat chatting-an. Apakah ini
yang dinamakan cinta? Entahlah aku tidak bisa 
menggambarkannya namun bisa dirasakan.
Kian hari kehidupan yang ku jalani terasa indah 
dan bermakna. Aku merasakan indahnya
berjuang untuk menggapai masa depan dan juga 
indahnya perasaan jatuh cinta kepada
seorang wanita, walaupun sebenarnya aku telah 
menghianati prinsipku sendiri yang
jelas perasaan itu menjadi penyemangat dalam menjalani 
kehidupan.


Perasaan kepadanya masihku simpan
sampai suatu ketika aku tidak mampu lagi 
menyembunyikan itu dan ku coba untuk
mengutarakan. Saat itu malam sedang hujan, aku 
mengirim pesan kepadanya, ternyata dia
baru saja pulang dari kediaman saudaranya karena 
ada pesta pernikahan kakak sepupunya.
Setelah membuka dengan sedikit basa-basi, ku 
beranikan diri untuk mengutarakan
perasaan kepadanya melalui pesan. 


“Jadi gini, sebenarnya abang suka dan
cinta sama putri sejak pertama kali kita kenal, tapi 
awal abang tahu Putri saat main bola
dan waktu itu lawan nendang bola ke arah gawang 
abang, terus bolanya melesat ke arah
kelas putri pas mau ambil bola abang lihat Putri dan P
utri juga lihat sambil senyum gitu.
Ya sejak itu sih langsung ada hal lain yang abang 
rasakan.” Pesanku kepadanya.


Ohh gitu, jadi itu yang mau abang
bilang ke Putri
.” Balasnya. 


Hehehe, iya Put. itu yang mau abang
bilang, tapi putri jangan berpikir kalau abang mau ajak 
putri pacaran. Abang sih cuma mau
utarakan apa yang udah lama abang rasakan
“. Balasku 
lagi.


Iya bang, gapapa kok namanya juga
perasaan jadi wajar-wajar sih, tapi saat ini putri gak bisa 
kasih jawaban apa-apa. Ini aja masih
kaget gitu baca pesan abang. Ya yang penting sekarang 
Putri sudah tahu perasaan abang.
Okedeh bang, berhubung putri capek jadi mau tidur duluan 
ya. Assalamua’laikum
bang.” Balasnya
kembali


Sejak saat itu kami semakin dekat, ya
bisa dikatak sudah seperti orang yang 
berpacaran. Suatu ketika, aku mencoba
untuk menanyakan respon dia terkait perasaan ku 
dengannya dia menjawab “Ya, putri
masih belum bisa jawab sekarang, semoga apa yang 
abang harapkan dari jawaban putri akan
indah pada waktunya.
” Jawaban tersebut semakin 
membuat rasa penasaran dengan dia
semakin bertambah, namun aku masih tetap berpikir aku 
tidak boleh larut dengan perasaan ini
masa depan lebih penting dari perasaan yang belum 
pasti ini. 


Jadi, saat ini harapanku
hanya satu, yaitu belajar dan menimba diri untuk 
mewujudkan impianku menjadi Presiden
Republik Indonesia. 
Suatu hari, entah mengapa tiba-tiba
dia tidak mau berkomunikasi denganku. Aku coba 
menghubungi namun tidak dibalas. Aku
berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan dia 
seperti itu. Ku tanya kepada
sahabatnya, namun tidak menjawab apa-apa. 


Sampai akhirnya pernah aku lihat dia sedang tertawa
bahagia dengan pria lain dan seketika aku menduga 
bahwa ini adalah penyebabnya. Sejak
mengetahui hal tersebut aku terus menghubunginya, 
namun dia tidak membalas apapun pesan
yang ku kirim. Karena kejadian itu aku sempat 
bingung, tetapi aku berpikir
yasudahlah jika memang begini jalannya.


Sampai saat ini, aku belum mengetahui
jawaban apa yang akan dikatakan oleh wanita 
itu kepadaku, walaupun kita tidak
saling berkomunikasi lagi. Aku ucapkan terima kasih 
untukmu yang telah mewarnai hari-hari
ku dalam mewujudkan masa depan dan menjadikan 
ku terlatih menghadapi cobaan dalam
kehidupan. 


Besar harapanku jawaban itu sesuai dengan apa yang pernah dituliskannya kepadaku
melalui pesan singkat, yaitu sesuai harapanku dan 
akan indah pada waktunya. Saat ini aku
hanya bisa menyerahkan segalanya kepada Tuhan. 
Jika, kita ditakdirkan hidup bersama
maka suatu saat kita akan kembali bertemu. Namun, jika 
sebaliknya maka aku doakan semoga kau
mendapatkan orang terbaik.

 *END*


*Cerita ini berdasarkan pengalaman dari Penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, alur cerita, dan tempat adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *