Kiriman Pembaca,  Opini

Mengenal Seni Malas Dimitar Berbatov

Penulis: Feri Ardiansyah

Editor: Raihan Risang A. P.

Dimitar Berbatov kala diperkenalkan sebagai Pemain baru Manchester United tahun 2008. (Diambil dari  Official account @ManchesterUnited)

Sepakbola tidak hanya sekedar permainan menendang bola, sepakbola dapat diartikan sebagai seni yang dimainkan oleh pesepak
bola sebagai aktor sekaligus seniman diatas lapangan hijau. Para pesepak bola
adalah orang-orang yang rajin dan disiplin. Atau mungkin lebih tepatnya, mereka
yang rajin dan tekun sehingga mampu menjadi pesepak bola top dunia. Namun
pernahkah kalian melihat seorang pemalas dalam dunia sepakbola, namun ia
justru bersinar karena seni malasnya itu? Dimitar Berbatov adalah salah satunya. Let’s check it out.

Sekilas Tentang Dimitar Berbatov

Dimitar Ivanov Berbatov lahir pada 30 Januari 1981 di
Blagoevgrad, sebuah daerah yang terletak sekitar 100 km di selatan
Ibukota Bulgaria, Sofia. Berbatov muda tumbuh di lingkungan yang keras nan tertib
akibat pengaruh komunisme yang saat itu masih terasa disana. Ia rutin bangun
dari pukul enam pagi untuk membeli roti bagi keluarganya, namun sesudah itu,
ia habiskan waktunya dengan bermain sepak bola. Berbatov tumbuh dengan
kerja keras dan semangat juang tinggi. 

Ia mengidolakan Alan Shearer dan
Marco Van Basten dalam pacuan karir sepakbolanya. Bakat Berbatov kemudian
terendus oleh salah satu klub lokal daerahnya, yakni OFC Pirin Blagoevgrad.
Kemudian Berbatov masuk ke tim youth Pirin Blagoevgrad. Pada usia 17 tahun
talenta Berbatov berhasil menarik minat salah satu klub terbesar Bulgaria,
yakni CSKA Sofia yang pada waktu itu dilatih oleh Dimitar Penev.

Saat di CSKA Sofia potensi Berbatov semakin menjadi, ia mampu
melesakkan 26 Gol dari 49 pertandingan selama berseragam CSKA Sofia.
Berkat penampilan ciamiknya inilah kemudian yang menarik minat-minat klub
Eropa, ia hampir bergabung dengan Lecce, namun akhirnya ia menasbihkan
perjalanannya karirnya di Bayer Leverkusen dengan biaya transfer sebesar €2,5 juta. 

Setibanya di Bayern Leverkusen ia menjalani debut dengan kurang baik,
namun perlahan tapi pasti ia mulai nyetel dengan gaya permainan Leverkusen.
Terbukti pada musim 2002 Berbatov berhasil membawa Leverkusen melangkah ke final
UEFA Champions League hanya setelah 18 bulan sejak kedatangannya.
Di final, Leverkusen harus kandas oleh keperkasaan Real Madrid.
Pertandingan yang digelar di Hampden Park, Skotlandia itupun berakhir dengan
skor 2-1 untuk Madrid. 

Tapi berkat semangat juangnya yang menggebu, ia pun
mulai mendapat tempat di starting XI. Namanya mulai mencuat di musim
2004/2005 berkat penampilan apiknya di Bundesliga dan Liga Champions. Sebanyak 69 Gol berhasil ia cetak dari 154 pertandingan.
Sayangnya tak satupun gelar ia dapatkan selama memperkuat Leverkusen di
Jerman. Akan tetapi arogansi dan ketenangannya didepan gawang, serta teknik dan
gerakan kakinya yang lihai, ditambah dengan kepekaan dan kemampuannya
mencari ruang kosong akan selalu dikenang di sejarah Bundesliga. 

Pada 2006, Berba
(Sapaan akrab Berbatov), memutuskan untuk hijrah dan memulai petualangan
barunya di Liga Primer Inggris bersama dengan Tottenham Hotspur. Di
Tottenham, ia tak langsung bisa nyetel dengan gaya main Liga Inggris yang
cepat dan mengandalkan fisik yang kuat, tentu Berba sedikit gugup dengan
gaya main ini. Namun performanya sangat baik di ajang Piala UEFA (sekarang
Europa League). Berbatov menjelma menjadi striker buas selama dua musim
bersama Tottenham. Selama di London Utara, Berbatov berhasil menjaringkan 27
Gol dari 70 Pertandingan, dan menjadi Top Skor Klub selama 2 Musim.

Hal tersebut membuat Sir Alex Ferguson kepincut, dan
memboyongnya ke Old Trafford pada tahun 2008. Awal karirnya bersama dengan
setan merah pun tak sesuai ekspektasi, namun proses adaptasinya membuahkan
hasil. Pada musim 2010-2011 ia berhasil menjadi Top skor dengan 20 gol,
menjadi starting XI PFA Team Of The Year dan berhasil membantu Manchester United meraih trofi liga
ke 19. Sayangnya, sepak terjang di puncak karirnya tidak bertahan
lama. Situasi mulai memburuk semenjak dia dikucilkan dari final Liga Champion
2010-2011, yang akhirnya menyebabkan karirnya merosot. 

Konflik dengan SAF-julukan Alex Ferguson- juga membuatnya semakin muak untuk tinggal lebih lama di Old Trafford.
Selama berkostum setan merah ia berhasil mencetak 48 Gol dalam 108 pertandingan.
Akhirnya ia memutuskan hengkang ke Fulham. Kemudian ia berpetualang ke
Prancis bersama AS Monaco, ke Yunani bersama PAOK, dan terakhir bersama
dengan Kerala Blasters di Liga India, sebelum akhirnya memutuskan pensiun.
Di level timnas, Berba menjadi Top Skor timnas Bulgaria dengan 48 Gol dari 78
pertandingan.

Dimitar Berbatov kala membela Bayern Leverkusen tahun 2003. (Diambil dari Official Account @Bundesliga)

Seni Sepakbola Malas Dimitar Berbatov

Dimitar Berbatov adalah spesies striker yang berbeda. Ia
adalah seorang pemalas, namun juga merupakan seorang pria sejati, dan
jangan lupa, ia adalah pesepak bola top. Ada alasan mengapa Berbatov disebut
sebagai pemalas. Gaya mainnya memang terkesan seperti seorang pemalas. Ia sendiri
menyatakan bahwa ia tak suka melihat pemain mengeluarkan energi berlebihan di
lapangan. 

Namun, dengan tekniknya mampu menutupi kemalasannya untuk berlari.
Gerakannya begitu luwes dan terlihat tanpa usaha, tetapi bak singa yang
buas ketika mendapat peluang dikotak pinalti lawan. Berbatov mengatakan bahwa
orang-orang tidak akan melihat ia kelelahan di atas lapangan. Ada ungkapan
dalam bahasa Bulgaria yang mengatakan bahwa kualitas tinggi tidak membutuhkan
banyak usaha. Itulah yang ia katakan kepada media dalam sebuah wawancara.

Rasanya tidak berlebihan apabila kita menggunakan metafor
“Seniman” kepada seorang Dimitar Berbatov. Ketajamannya di depan
gawang selalu didukung oleh kemampuannya untuk menciptakan peluang, dia
terlibat dalam build-up serangan, mampu mengontrol bola dalam ruang sempit,
menarik bek untuk menciptakan ruang, dan memberikan operan maut, serta
finishing yang oke.

Itulah keahlian Berbatov. Dia akan berjalan masuk dengan
santai ke wilayah pertahanan lawan sementara teman-temannya yang sedang
buru-buru kembali ke lini pertahanan berusaha merebut bola dan menghalau serangan
lawan. Berbatov ialah semacam introvert yang tenang, dan dibungkus dalam
sikap yang lugas dan datar. Berbatov menyalurkan suasana damai, tapi lantas bukan
dia tidak bergairah. 

Dia seakan menipu kita semua untuk berpikir bahwa dia tidak
peduli, bahwa dia tidak memiliki semangat di dalam raganya, namun, ini adalah
trik dan taktik Berba untuk menipu pemain lawan dan penonton. Gol ke gawang
OGC Nice yang dikawal David Ospina, Hattrick ke gawang Liverpool, serta 5
golnya ke gawang Blackburn Rovers adalah bukti bahwa bakat malasnya adalah
senjata yang mematikan.

Rekan setim Berba di Fulham, pernah bercerita tentang
kemalasan Berba dalam wawancaranya dengan ESPN FC. Brade Hangeland adalah
orangnya, ia membeberkan bahwa Berba lebih senang untuk pijat dengan
Fisioterapis ketimbang melakukan latihan dengan rekan-rekan lainnya. Agak
konyol memang, namun itu semua benar adanya. 

Dimitar Berbatov adalah
perlambang seorang seniman, pemalas, jenius, sekaligus introvert. Bagaimana
tidak, sikapnya yang cuek dan datar di atas lapangan adalah fakta dari segalanya.
Ia memiliki filosofi untuk menganggap semua gol yang ia cetak adalah indah,
itulah yang ia lakukan. Kini, mungkin akan sulit untuk menemukan spesies unik
seperti Berbatov di dunia sepak bola. Namun, berkat keunikannya itu, namanya tentu tak
akan semudah ituuntuk dilupakan. Happy Retirement Berba…

*Penulis merupakan Mahasiswa Ilmu Sejarah 2019 yang memiliki minat pada kesejarahan sepakbola

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *