“Anak muda yang dinamis, periode 2019 masih tunduk, 2020 masih tunduk. Akan tetapi, siapa yang sanggup menundukkan kaum muda terus menerus?”
YOGYAKARTA - Demikianlah ucap Aktivis’98, Budi Wardoyo dengan lugas, dalam “Diskusi Peringatan Bulan Reformasi”, bertajuk “Retrospeksi Gerakan Mahasiswa’98 di Yogyakarta”. Acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah ini diramaikan oleh 23 peserta dari berbagai golongan, Rabu (16/5/2019) .
Bertempat di Pendopo Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, diskusi ini dihadiri dua pemantik, diantaranya Hardian Wahyu (Dosen Administarsi Publik UNY) dan Budi Wardoyo yang acap kali disapa Bung Yoyok (Aktivis’98).
Lebih jauh, Bung Yoyok percaya bahwa dengan kapasitas teknologi yang makin canggih dimasa kini, seharusnya generasi sekarang memiliki potensi yang lebih besar dalam melakukan perubahan. Akan tetapi, ia menyayangkan kondisi gerakan mahasiswa yang baginya hari ini tidak memiliki harapan.
Menanggapi statement pegiat organisasi Kiri Sosial tersebut, Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah, Ahmad Effendi pun angkat bicara, sepakat. “Menurut saya benar, teknologi jangan sampai menina bobokan kita, tetapi jadikan alat untuk membangunkan semangat gerakan pada hari ini,” ucapnya.
Sementara itu, Wardoyo melihat generasi muda kini sedang ditenangkan dalam "Penjara" yang bernama kampus. “Kaum muda dikumpulkan dalam jumlah yang besar di dalam penjara yang bernama kampus. Maka akan ada satu titik kaum muda memberontak karena pemerintah hari ini, dengan sistem ekonomi politiknya tidak menjamin kaum muda.”
Acara yang berlangsung sejak Pukul 16.00-19.00 WIB ini, sempat dijeda untuk buka bersama, sesuai dengan rancangan acara yang diagendakan panitia. Terakhir, Bung Yoyok sempat menyampaikan optimisnya terhadap gerakan mahasiswa dimasa depan. “Saya sangat yakin bangkitnya gerakan mahasiswa yang akan melampui gerakan’98. Karena kaum muda (kini-red) jauh lebih pintar, militan dengan teknologi yang lebih maju.”
Reporter: Azizatul Hafidoh
Editor: Rachmad Ganta Semendawai
Komentar
Posting Komentar