Oleh : Neti Mufaiqoh
Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian penduduknya bekerja sebagai petani, mereka bergantung pada persawahan dan perkebunan. Di Indonesia, khususnya Jawa, banyak peninggalan-peninggalan bangunan perkebunan zaman Belanda misalnya pabrik gula yang ada di Jawa Tengah. Salah satunya pabrik gula Madukismo yang kini masih beroperasi sekaligus menjadi museum gula di Jawa. Berkembangnya aneka tanaman perkebunan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh kolonial Belanda yang mengenalkan berbagai macam tanaman yang bernilai jual tinggi di pasar Eropa.
Seorang yang sangat berpengaruh bagi berkembangnya perkebunan di Indonesia yaitu Gubernur Jendral Van den Bosch. Ia adalah seorang Gubernur Jendral untuk Hindia-Belanda ke 43, menggantikan gubernur Van der Capellen yang dianggap tidak dapat menguntungkan bagi pemerintah Belanda. Van den Bosch dilahirkan di Herwijnen, Provinsi Gelderland, Belanda. Dia adalah tokoh Belanda yang pertama kali menggagas untuk menerapkan “sistem cultuurstelsel”, Gubernur Van den Bosch memerintah antara tahun 1830 – 1834.
Pada masa pemerintahannya, Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai direalisasi, yang dia lakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang laku di pasaran dunia yang dilakukan dengan sistem paksa antara lain Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus, karena pemasukannya tidak banyak dan pelaksanaannya sulit. Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada pemerintah Belanda.
Pada mulanya sistem kultur atau Cultuurstesel adalah sistem yang digunakan untuk mengisi kas negara Belanda yang kosong pada tahun 1930 ketika perang Jawa berakhir yaitu perlawanan Diponegoro. Perang timbul di Eropa, pemberontakan rakyat Belgia terhadap pemerintahan Raja Williem I menimbulkan konflik bersenjata. Selama sembilan tahun perang ini berlangsung, keuangan Belanda kosong sampai kedasar-dasarnya, di Belanda maupun di Jawa. Dalam keadaan darurat ini Johannes Van den Bosch menawarkan cara untuk mendapatkan penghasilan yang diperlukan untuk memulihkan keadaan keuangan kerajaan itu. Dan Van den Bosch mengenalkan sistem “cultuurestelsel” kepada raja William I, ia optimis akan menutupi utang-utang kerajaan akibat perang tersebut melalui sistemnya ini.
Sebelum ia menjadi Gubernur, ia pernah datang ke Indonesia pada masa sebelum Deandels, Kapal yang membawanya, tiba di Pulau Jawa pada tahun 1797. Dalam perjalanan pulang, dia ditawan oleh Britania dan menghabiskan dua tahun di Inggris, tapi pada tahun 1813, Eropa bangkit melawan dominasi Prancis, kemudian Van den Bosch bergabung dengan gerakan Nasional di Belanda. Dia memegang polisi militer tinggi di Negara Belanda. Untuk para penganggur, yang tampaknya tidak ada harapan untuk memperoleh masa depan lebih baik. Van den Bosch mengorganisasi suatu “masyarakat Budiman” untuk masyarakat miskin. Setelah itu kemudian ia mendapat tugas dari raja William I dan mendapat misi khusus ke Hindia Barat. Ketika kembali, ia diberi tugas untuk pergi ke Hindia Timur dan mereorganisasi struktur ekonomi diwilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Ketika ia sampai di Hindia Belanda ia menerapakan sistem yang ia rencanakan. Pada masa tanam paksa itu, Ia mengenalkan berbagai macam tanaman kepada penduduk pribumi untuk dikembangkan di Indonesia. Jenis tanaman tersebut dipisahkan dalam dua kategori tanaman yaitu tanaman tahunan sepertitebu, nila, tembakau, dan tanaman keras seperti kopi, teh, lada, kina, kayu manis. (Greerts; 1983;56).
Pemerintah kolonial dalam usaha meningkatkan produksi eksportnya, mereka menentukan tanaman yang memberikan keuntungan besar yaitu tebu dan kopi. Menurut Elson: (1840), Pekalongan, Tegal, Jepara, Madiun, Pasuruan, dan Surabaya merupakan daerah yang banyak ditanami tebu. Sedangkan penanaman tebu tidak cukup kalau hanya mengandalkan pada perluasan tanah, tanpa diimbangi oleh irigasi, jalan raya, dan prasarana lainnya yang mendukung sistem ini. Oleh karena itu, Van den Bosch membangun jalan kereta, irigasi-irigasi, dan jembatan untuk membantu kelancaran produksi tebu di Jawa. Pendirian pabrik-pabrik gula di Jawa berarti banyak tanah desa yang dipergunakan untuk menanam tebu. Hasil produksi tebu yang meningkat, memerlukan banyak tenaga dari penduduk desa.
Dari eksploitasi yang digagas Van den bosch tersebut Belanda mampu membangkitkan perekonomian Negara Belanda saat itu. Hasil finansial Sistem Cultuurstelsel tersebut sangat memuaskan bagi Belanda.
Antara tahun 1831 dan 1877 perbendaharaan Belanda menerima 823 juta gulden dari Hindia. Sebagian penghasilan ini digunakan untuk melunasi utang kolonial, dan sisanya untuk membayar utang Belanda dan biaya perang. Pada tahun-tahun itu anggaran Belanda tidak lebih dari 60 juta gulden, kontribusi indonesia dengan rata-rata 18 juta gulden setahun sangatlah besar. Berkat penerapan sistem Tanam paksa dari Van den Bosch di Indonesia telah menambah keanekaragaman hayati yang ada, serta mengenalkan sistem perairan dan perawatan perkebunan kepada masyarakat pribumi. Hal ini jugalah yang membuat kita sekarang dapat meraskan manisnya gula yang dulu hanya dinikmati oleh golongan tertentu saja.
Bagus mbag Nety ..
BalasHapus:)