Oleh : Alfian Wulan Nadha
Hampir setiap orang di Indonesia mengetahui jenis musik yang disebut dengan keroncong. Musik ini sudah diperkenalkan sampai ke luar negeri. Namun ironisnya, walaupun jenis musik ini sudah terkenal luas, banyak masyarakat Indonesia yang hanya mengenal namanya saja. Bila ditanya tentang seperti apa musik keroncong itu, masih banyak yang tidak mengetahui bentuk daripadamusik ini.
Musik keroncong
adalah jenis musik asli produk Indonesia. Musik ini dinamakan Keroncong karena
suara dari salah satu alat musiknya yaitu “Ukulele”, yang mengeluarkan bunyi
“crong,crong,crong.”Alat musik Ukulele menjadi alat musik utama pada jenis
musik keroncong ini. Alat musik ini menjadi identitas daripada jenis musik
keroncong. Walaupun tidak digunakan untuk memainkan musik keroncong, namun bila
alat musik ini dimainkan kebanyakan masyarakat akan mengira bahwa jenis musik
yang sedang dimainkan tersebut adalah musik keroncong.Hampir setiap orang di Indonesia mengetahui jenis musik yang disebut dengan keroncong. Musik ini sudah diperkenalkan sampai ke luar negeri. Namun ironisnya, walaupun jenis musik ini sudah terkenal luas, banyak masyarakat Indonesia yang hanya mengenal namanya saja. Bila ditanya tentang seperti apa musik keroncong itu, masih banyak yang tidak mengetahui bentuk daripadamusik ini.
Pada abad ke
17, keroncong mulai berkembang di Indonesia. Musik ini dibawa oleh bangsa
Portugis yang datang pada abad ke 16.Mereka datang ke Indonesia dalam pelayaran
mereka untuk mencari hasil bumi yang dinilai cukup diminati di pasaran Eropa kala itu. Di Portugis
sendiri, musik seperti ini disebut dengan nama musik fado. Musik ini dimainkan oleh para pelayar Portugis yang
berkeliling dunia, untuk menjadi hiburan di tengah pelayaran yang
menghabiskan waktu cukup lama.
Pada mulanya
jenis musik keroncongini diperkenalkandan berkembang sampaike
Sumatera. Musik ini biasa dimainkan oleh orang-orang jalanan yang tidak
mendapatkan perhatian, berpenampilan acak-acakan dan juga sering mabuk-mabukan.Sejak
masuknya Veerenigde Oost Compaigne (VOC) ke Sumatera, VOC
melakukan pembantaian dan penganiayaan terhadap orang-orang di Pulau Banda yang
tidak setuju dengan VOC. Bangsa Portugis yang tidak setuju dengan peraturan
dari VOC lalu melarikan diri dari pulau Banda ke Malaka, namun dalam pelarian
tersebut ada kapal yang terdampar di Pantai Marunda dan di temukan kembali oleh
VOC pada tahun 1661. Orang-orang tersebut lalu diasingkan ke tempat yang
sekarangdikenaldenganKampungTugu, di daerah Jakarta Utara.
Dalam
kehidupannya sehari-hari,orang-orang yang diasingkan ini sering menyanyikan
lagu-lagu Portugis seperti Moresco dan Cafrinho dengan diiringi dengan gitar Portugis yang mereka buat sendiri. Dalam perkembangannya mereka menciptakan komunitas Krontjong Toegoe yang menjadi permulaan
keroncong di Indonesia. Mereka membuat alat music sendiri yaitu Waditra, dalam bahasa Maluku
disebut Ukulele dan oleh komunitas Kampung Tugu diganti menjadi
keroncong, karena menghasilkan bunyi“crong”.
Perkembangan musik keroncong
di Indonesia dapat dilihat dalam
beberapa tahap. Yang pertama adalah masa Keroncong Tempo Dulu antara tahun 1880-1920. Pada masa ini keroncong
sangat diminati oleh masyarakat elite Indonesia maupun Belanda. Keroncong pada
saat itu memiliki daya tarik sendiri karena musiknya yang berbeda dengan musik-musik
lain yang berkembang pada saat itu, seperti
gamelan atau musik-musik agamis yang sedang berkembang di Eropa. Saat itu
keroncong berkembang pesat di Batavia dan dipopulerkan oleh orang-orang
Indo-Belanda. Di Batavia ini keroncong bercampur dengan kesenian Tanjidor asli Betawi. Begitu pula
dengan yang di Sunda dan Jawa lainnya. Hingga alat musik yang digunakan
di dalam lagu keroncong semakin beragam seperti rebana, banjo
dan kontra bass.
Pada tahun 1891, muncul
KomedieStamboel yang lahir di
Pelabuhan Surabaya dan
bertahan
sampai tahun
1903.
Dari komedie ini kemudian
lahir stambul I,
stambul II danstambul III dalam music keroncong. Dikatakan stambul karena
menampilkan
atraksi
Istanbul dengancerita 1001 malamnya dan iringan dengan musik Arab yang
khas. Lagu dengan stambul adalah lagu yang memiliki irama cepat, Kusbini menyebut lagu ini dengan Keroncong
Portugis dan Gesang menyebutnya dengan Keroncong Cepat. Hingga alat musik lagu keroncong
semakin beragam, rebana, banjo dan kontra bass.
Yang kedua adalah masa Keroncong Abadi
pada tahun 1920-1960. Pada masa ini
komunitas
keroncong pernah dijuluki
“buaya
keroncong” yang
mencoreng nama baik komunitas ini. Julukan
ini menggambarkan penampilan para musisi keroncong yang berpenampilan dan sepak terjang yang meresahkan masyarakat.
Keroncong
kembali
naik daun setelah Radio NIROM mengudara pertama kali dan mempopulerkan keroncong
di Jawa pada tahun 1925.
Perkembanngan
yang terjadi pada masa Keroncong Abadi ini,lagu-lagukeroncong kebanyakan menjadi
berjumlah
32 birama. Namun semakinkedaerah timur yang dimulaidari Solo, lagukeroncongmenjadilambandengan tempo
80.Kendangan cello yang miripdengan gamelan juga menjadilambat.Pada masa ini
pula lahirlah seorang tokoh keroncong terkenal, yaitu Gesang, yang semakin
mempopulerkan musik keroncong ini.
Yang ketiga
adalah MasavKeroncong Modern antara tahun 1960-2000. Pada masa ini banyak sekali
aliran musik keroncong yang muncul karena pengaruh dari musik-musik lain yang
lebih beragam. Seperti Langgam Jawa dengan alat musik setir, kendang,
saron dan suluk sebagai pembuka lagu. Langgam sendiri dan juga
stambul sudah tidak dikenal pada masa ini.
Selain itu, ada
juga musik Keroncong Beat dengan tambahan Biola karena pengaruh music
pop dari Amerika. Lagu-lagunya antara
lain La Paloma, Widuri, dan Mawar Berduri. Jenis musik keroncong lainnya
yaitu Campur sari yang diperkenalkan oleh Manthos pada tahun 1968 di
Gunung Kidul Yogyakarta. Jenis ini merupakan gabungan dari alat musik gamelan dan alat musik
keroncong. Lagu-lagunya pun banyak yang menggunakan bahasa Jawa.
Selain itu ada juga Keroncong dangdut seperti yang dipopulerkan oleh Didi
Kempot, musik dangdut yang juga sedang berkembang pada masa ini digabungkan
dengan musik keroncong model Langgam Jawa.
Langgam sendiri adalah hasil pembaharuan
yang dilakukan Jepang. Pada awal masuknya
Jepang,
keroncong sempat dicekal karena syairnya yang romantis dan melow, memiliki unsur-unsur barat
yang dibenci
oleh Jepang. Gesang
sebagai seorang musisi keroncong kemudian menciptakan langgam keroncong.
Syairnya
dibuat
mengenai
keindahan
alam
dan juga cinta tanah air. Hal ini membuat lagu keroncong tidak mendapat cekalan
lagi.
Memasuki tahun
2000 sampai sekarang ini, keroncong sebenarnya sudah lebih berkembang lagi.
Musik keroncong yang sangat fleksibel ini bisa di kombinasikan dengan musik-musik
lain seperti musik daerah, HipHop, atau bahkan yang bernuansa Rapper pun bisa
di kombinasikan dengan keroncong ini. Begitu banyaknya jenis lagu yang ikut
serta mempengaruhi keroncong ini membuat keroncong sendiri bisa bertahan sampai
sekarang ini. Mungkin ada kalangan masyarakat yang menganggap keroncong ini
sangat kuno dan tidak layak untuk dinikmati. Akan tetapi bagi para penikmatnya,
musik keroncong akan selalu menjadi bagian dari hidupnya. Seperti istilah yang
sering kita dengar “musicismylife”.
Komentar
Posting Komentar